Minggu, 28 Juni 2015

Optimis

Bob Butler kehilangan kedua kakinya pada tahun 1965 akibat ledakan ranjau di Vietnam. Ia kembali ke negerinya sebagai pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian IA sekali lagi membuktikan kepahlawanan yang murni berasal dari lubuk hatinya.
Butler sedang bekerja di garasi rumahnya di sebuah kota kecil di Arizona pada suatu Hari dalam musim panas ketika IA mendengar jeritan seorang wanita dari salah satu rumah tetangganya. Ia menggelindingkan kursi rodanya ke rumah ini, tetapi semak-semak yang tinggi di rumah itu tidak memungkinkan kursi rodanya mencapai pintu belakang. Maka veteran itu keluar dari kursinya Dan merangkak tanpa peduli debu Dan semak yang harus dilewatinya.
“Aku harus sampai ke sana,” ucapnya dalam hati. “Tak peduli bagaimanapun sulitnya.”
Ketika Butler tiba di rumah itu, IA tahu bahwa jeritan itu datang dari arah kolam. Di sana seorang anak perempuan berusia kira-kira tiga tahun sedang terbenam di dalamnya. Anak itu lahir tanpa lengan, sehingga ketika IA jatuh ke dalam kolam IA tidak dapat berenang. Sang ibu hanya bisa berdiri mematung sambil menangisi putri kecilnya. Butler langsung menceburkan diri Dan menyelam ke dalam dasar kolam lalu membawanya naik. Wajah anak bernama Stephanie itu sudah membiru, denyut nadinya tidak terasa Dan IA tidak benapas.
Butler segera berusaha melakukan pernafasan buatan untuk menghidupkannya kembali sementara ibunya menghubungi pemadam kebakaran melalui telepon. Ia diberitahu bahwa petugas kesehatan kebetulan sedang bertugas di tempat lain. Dengan putus ASA, IA terisak-isak sambil memeluk pundak Butler.
Sementara terus melakukan pernafasan buatan, Butler dengan tenang meyakinkan sang ibu bahwa Stephanie akan selamat. “Jangan cemas,” katanya. “Saya menjadi tangannya untuk keluar dari kolam itu. Ia akan baik-baik saja. Sekarang saya akan menjadi paru-parunya. Bila bersama-sama Kita pasti bisa.”
Beberapa saat kemudian anak kecil itu mulai terbatuk-batuk, sadar kembali Dan mulai menangis. Ketika mereka saling berpelukan Dan bergembira bersama-sama, sang ibu bertanya kepada Butler tentang bagaimana IA yakin bahwa anaknya akan selamat.
“Ketika kaki saya remuk terkena ledakan di Vietnam, saya sedang sendirian di sebuah ladang,” ceritanya kepada perempuan itu. “Tidak Ada orang lain di sekitar situ yang bisa menolong kecuali seorang gadis Vietnam yang masih kecil. Sambil berjuang menyeretnya ke desa, gadis itu berbisik dalam bahasa Inggris
patah-patah, “Tidak apa-apa. Anda akan hidup. Saya akan menjadi kaki Anda. Bersama-sama Kita pasti bisa.”
“Ini kesempatan bagi saya untuk membalas yang pernah saya terima,” katanya kepada ibu Stephanie.
Kita semua adalah malaikat-malaikat bersayap sebelah. Hanya bila saling membantu Kita semua dapat terbang ( Luciano De Crescenzo. )
Dua orang yang baik, tapi, mengapa perkimpoian tidak berakhir bahagia
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang w anita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkimpoian, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.
Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.
Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkimpoian.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkimpoian ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkimpoian yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkimpoian mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkimpoian yang bahagia?


 https://sangatmenarik.wordpress.com/2010/08/27/optimisme-hidup/

Sama saja

Seorang tukang roti di sebuah desa kecil membeli satu kilogram mentega dari seorang petani. Ia curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Beberapa kali ia menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Ia melaporkan pada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang pengadilan.
Pada saat sidang, hakim berkata pada petani, “Tentu kau mempunyai timbangan?”
“Tidak, tuan hakim,” jawab petani.
“Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?” tanya hakim.
Petani itu menjawab, “Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu.”

Anakku hanya mengintip




Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Esa. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Esa. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!” Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu.
Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elic, Tante.”
“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” tTpi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangissaya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah.
Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir
dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…?
Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…” Saya menjerit histeris membaca surat itu.
“Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Nyonya,dosa anda tidak terampuni!”
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

Jumat, 26 Juni 2015

Sang Diaka


Sang Diaka seorang putra raja yang menyamar jadi rakyat jelata untuk mencari seorang istri yang baik, cerdas dan mulia sehingga bisa membantunya memimpin kerajaan.

Sang Diaka terus berjalan hingga tiba di sebuah desa terpencil.
di balai desa sangat ramai, rupanya kepala desa lagi mengadakan pauman warga.
kepala desa mengumumkan bahwa, "siapapun yang berhasil mempersembahkan berbagai makanan dengan daging anjing tanpa membunuh anjingnya akan mendapat hadiah menarik"

para warga mulai saling berbisik tentang bagaimana caranya, "mustahil" kata sebagian warga dan mereka tak punya ide untuk menghadapi tantangan kepala desa. sementara sebagian yang lain masih mencari2 ide.

sang Diaka segera unjuk tangan "saya akan bisa melakukannya" katanya penuh semangat. semua warga menoleh padanya, heran "bagaimana kau akan melakukannya, jika tak bisa maka kau akan dihukum berat" salah seorang warga berbisik. "Tak apa-apa" jawab Sang Diaka. Sang diaka pun meninggalkan tempat keramaian. seekor anjing kecil mengikutinya.

Di sebuah pondok di tepi hutan Sang Diaka beristirahat. ia memandangi anjingnya yang lucu berlarian kesana kemari. tidak tega, pikirnya. sang Diaka ke tengah hutan mencari daun-daunan. anjing kecil itu diberi makan yang  dicampuri daun-daunan tersebut. tak lama kemudiananjing lucu itu terkapar menggeliat lalu diam. Sang Diaka dengan cekatan memotong ekor dan kupingnya serta mengoleskan minyak tombak

pada bagian yang dipotong. bagian potongan itu diolah menjadi berbagai masakan. ketika masakannya jadi anjing lucu itu terbangun dan sedikit meringis mendekati Sang Diaka yang sibuk berkemas-kemas. mereka datang ke balai desa dimana banyak orang sudah berkumpul. Kumir si anjing lucu bersungut=sungut mengikuti dari belakang

singkat cerita, Sang Diaka mendapat hadiah berkat masakannya yang enak dan si kumir yang lucu.

setelah menerima hadiah Sang Diaka pergi meninggalkan desa menuju desa lainnya. tiba di sebuah sungai. ada seorang gadis sedang mencuci pakaian. "Nona apakah sungai ini dalam?" 







Tragedi Angeline



Tragedi ini terjadi di Bali
seorang gadis mungil berusia 8 tahun dibunuh secara keji
pelakunya adalah pembantu rumah yang bertugas mengurus kandang ayam

cermin

Hidup ini seperti cermin, dia akan tersenyum kembali jika kita tersenyum kepadanya

Ramadhan ceria

diskon dimana-mana

 HARI ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. “Bu… Beli kue saya… Belum laku satupun… Kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu…”
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
“Ibu bawa kue apa?”
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”
Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”
Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.
Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu…
“Sekarang makan makin susah, Bu…. Kemarin aja beras gak kebeli… Apalagi sekarang… Katanya bensin naik.. Apa-apa serba naik.. Saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur… Kalau masak nasi gak cukup.
Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup…”
“Anak ibu sakit apa?” Saya bertanya.
“Gak tau, Bu… Batuknya berdarah…”
Saya terpana. “Ibu, Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas. Kan ada BPJS…”
Dia cuma tertunduk. “Saya bawa anak saya pakai apa, Bu? Gendong gak kuat.. .Jalannya jauh… Naik ojek gak punya uang…”
“Ini Ibu kue bikin sendiri?”
“Enggak, Bu… Ini saya ngambil.” jawabnya.
“Terus ibu penghasilannya dari sini aja?”
Dia mengangguk lemah…
“Berapa Ibu dapet setiap hari?”
“Gak pasti, Bu… Ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet Rp4 ribu -12 ribu paling banyak.”
Kali ini air mata saya yang mulai mengalir. “Ibu pulang jam berapa jualan?”
“Jam 2.. .Saya gak bisa lama lama, Bu.. Soalnya uangnya buat beli beras… Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya gak mau nyusahin orang.”
“Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak-balik naik ojek bawa anak Ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja… Bawa kurma ini buat pengganjal lapar…”
Ibu itu menangis… Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. “Kalau ibu mau beli.. Beli lah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu… Saya malu….”
Saya pegang erat tangannya… “Ibu… Ini bukan buat ibu… Tapi buat ibu saya… Saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya… Tolong diterima…” Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. “Ibu pulang ya…”
Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya. “Bu.. Saya gak mau ke sini lagi… Saya malu…. Ibu gak doyan kue jualan saya… Ibu cuma kasihan sama saya… Saya malu…”
Saya cuma bisa tersenyum. “Ibu, saya doyan kue jualan Ibu, tapi saya kenyang… Sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. Sekarang Ibu pulang yaa…”
Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot… Beliau terus berurai air mata.

Lingling si penenun



Di sebuah tepi hutan yang lebat, tinggalah sekelompok koloni semut. Mereka bekerja keras siang dan malam dengan rajin dan tanpa kenal lelah. Saling menolong dan bergantian satu sama lain, itu semua mereka lakukan demi kesejahteraan kelompok mereka. Di tepi hutan itu juga tingal berbagai serangga lainya. Mereka juga bekerja dengan giat sebagai mana pekerjaan masing-masing.

Ada si Ling-ling laba-laba yang berfrovesi sebagai penenun. Dia menenun berbagai kain sutera yang indah dengan jaringnya untuk di jual dan dapat di gunakan sebagai mantel oleh paraserangga lain. Lalu ada si Mada si kaki seribu, dia bekerja mengantar para serangga ke tempat tujuan mereka dengan cepat.
Lalu ada juga Lola si lalat, dia bekerja sebagai tukang sampah, membersihkan sampah-sampah agar kawasan itu tetap bersih. Dan masih banyak lagi serangga-serangga lain dengan pekerjaan yang beragam.


Lingling sibuk bekerja sepanjang hari, tiba-tiba pinggangnya sakit ...... ia mengeluh pada ibunya "mungkin kamu kebanyakan duduk, Ling" tebak ibunya. "Ya juga Bu ... ok besok dan seterusnya aku akan beristirahat lebih lama." kata Lingling sambil merebahkan badannya. beberapa hari kemudian sakit pinggangnya tak berkurang walaupun sudah beristirahat bahkan kemaren ia libur. "Oo mungkin kurang minum Ling, kamu kan jarang minum dan jarang kencing." kata ibunya seraya mengangsurkan sekantong air. setelah dicoba dengan lebih banyak minum air sakitnya berkurang.










ayam hitam



di sebuah desa terpencil di lereng gunung tinggalah sepasang ayam hitam dan anak-anaknya

Kamis, 25 Juni 2015

Kisah Titanic sebenarnya

Titanic merupakan kapal raksasa dan super mewah pada tahun 1910an yang berlayar dari Sothhampton menuju New york, Amerika Serikat. Titanic merupakan kapal terbesar dan termewah saat itu dan dipercaya kapal tersebut tidak bisa tenggelam kala itu, namun kenyataannya kapal itu menabrak gunung es dan akhirnya tenggelam.

 Didalam film kapal Titanic garapan James Calderon, telah diceritakan dari awal mula kapal Titanic berlayar hingga tenggelam di samudra Atlantik pada tanggal 15 april 1912. Tenggelamnya kapal Titanic merupakan tragedi tenggelamnya kapal persiar terparah sepanjang sejarah dengan memakan korban jiwa sebanyak 1500 orang. Namun dari kisah kapal Titanic yang sangat melegenda tersebut ada beberapa fakta yang mungkin tidak semua orang tahu.



1. Misteri Anagram pada kapal Titanic
Ketika bencana terjadi pasti akan dilakukan berbagai penyelidikan dan penelitian tentang bencana musibah tersebut. Begitu juga dengan musibah yang menimpa kapal Titanic. Banyak orang yang mencari sedetail mungkin kejanggalan yang ada seperti anagram “The Titanic Disaster” susun ulang kata-kata tersebut dan jika kamu berhasil akan berubah menjadi kata “death, it starts in ice”. Hal tersebut membuat banyak orang heboh, apakah itu kebetulan atau memang di sengaja.
2. Tidak ada satupun awak kapal yang selamat
Dalam peristiwa yang sangat na’as tersebut tidak ada satupun awak kapal yang selamat, padahal mereka itu adalah pahlawan dalam musibah tersebut. Mereka berusaha menyelamatkan para penumpang dan menjaga agar sumber tenaga kapal tetap menyala, tanpa memikirkan keselapatan diri mereka sendiri. Merekalah pahlawan yang jasanya ikut tenggelam bersama kapal na’as tersebut.
3. Ada seorang penumpang banci
Seperti yang telah kita saksikan dalam flem kapal Titanic. Semua orang berebut menyelamatkan diri dengan menaiki kapal atau scoci. Namun dalam hukum kelautan , wanita dan anak-anak menjadi prioritas utama. Namun ada seorang penumpang yang menyamar sebagai wanita agar bisa naik ke kapal terakhir.
4. Akan ada kapal Titanic baru
Setelah kapal Titanic menjadi kapal paling melegenda dan merupakan kapal termewah sepanjang sejarah. Namun beredar kabar jika tahun depan tepatnya tahun 2016 akan ada kapal Titanic II yang sekarang dalam proses pengerjaan dan diperkirakan sudah bisa berlayar tahun depan. Kapal tersebut diberi nama JELMAN, yang akan dimiliki oleh pengusaha tambang kaya raya yaitu Clive palmer. Kita tunggu saja apakah kapal tersebut akan bernasib sama dengan Titanic.
5. Penumpang yang selamat masih harus mengeluarkan uang
Setelah para penumpang selamat dari tenggelamnya kapal Titanic, para penumpang tak lantas bisa berlega hati, karena mereka harus mengeluarkan uang demi mengabarkan kepada sanak sodara mereka bahwa mereka selamat. Para penumpang kapal yang selamat dikenakan biaya 1 dollar perkata untuk mengirimkan telegram dari kapal penyelamat.
6. Ucapan kapal Titanic yang tidak bisa tenggelam merupakan kesombongan manusia saat itu
Kapal Titanic memang merupakan kapal termegah pada saat itu sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa kapal tersebut tidak akan bisa tenggelam, bahkan Tuhan sekalipun tidak bisa menenggelamkannya. Anggapan tersebut memang terkesan sangat sombong dan seperti menantang takdir Tuhan.
7. Lukisan Kate Winslett adalah buatan
Jika kalian menonton flem Titanic kalian pasti tahukan, jika dalam flem tersebut Leonardo Decaprio melukis tubuh Kate Winslett dengan pose yang sangat berani. Namun sebenarnya pelukis asli lukisan tersebut tak lain adalah director flem yaitu James Cemeron. Dialah orang yang bertanggung jawab atas lukisan tersebut. Dan kabarnya lukisan asli tersebut laku terjual hingga ratusan millyar rupiah di tahun 2011 pada acara pelelangan.

Kapal Titanic

Tom menabung sepanjang tahun bahkan bertahun-tahun
Uang yang terkumpul dibelikannya sebuah kapal pesiar
kapalnya tak terlalu besar tapi cukup tangguh
pengalamannya sebagai pegawai kapal memberinya keyakinan
kapalnya tidak terlalu besar dibandingkan dengan kapal pesiar lainnya bahkan mungkin kapal pesiar terkecil
tapi Tom akan mendulang rejeki disini untuk kemudian membeli yang lebih besar

mustahil seorang buruh kapal bisa membeli kapal
dimana ada kemauan disana ada jalan 

Malin Kundang

cerita ini berawal dari si malin anak kampung Batak
ia merantau ke jakarta
bekerja menjadi pembantu pada seorang saudagar yang kaya raya
sekaligus seorang produser lagu dangdut
Malin selalu bernyanyi kecil ketika melayani boss
ia berusaha mencuri perhatian agar bisa menjadi penyanyi
"heh .... suaramu bagus Lin..!"
"Ha iya Boss ...." tentu saja Malin tak berani melamar jadi penyanyi.
ia merekam suaranya dan mengirimkannya ke yutub. berharap ada boss yang mendengar dan peduli.
hari demi hari berlalu..... bulan dan tahun. tak terasa sudah dua tahun  Malin sudah berusaha dengan berbagai cara belum juga ada hasil.masih tetap jadi pembantu dengan gaji pas-pasan.

tak kurang akal ketika boss mengadakan pesta, ia pura-pura sakit kemudian berganti kostum keren dan berbaur dengan para tamu.
dengan sedikit polesan di wajah dan rambut agar tak mudah dikenali Boss
malin menyanyi... gayanya mantap bak penyanyi idola ..... suaranya cukup bagus
beberapa orang memperhatikannya termasuk sang Boss dan putrinya
satu lagu selesai seseorang  merekam. Malin menghabiskan semua tabungannya untuk bisa menyewa camera. kali ini Malin tak hanya ngaplud ke yutub tapi mengirim langsung ke Boss dengan nama lain

Oooooo .... tidak sia-sia sang Boss merespon cukup baik.






Ayam beranak gajah


ini hasil perselingkuhan
bagaimana mungkin ayam beranak gajah

Toko mini serba ada gratis



kumpulkan barang bekas
botol bekas minum, shampo, kecap, saos dsb
cuci bersih dan keringkan
buat rak atau beli rak plasti  kecil
atur barang-barang dan bermainlah

Belajar dalam permainan anak Balita



jangan buang kotak susu
ajak anak bermain kartu
tulis makanan atau apa saja kesukaan anak
misal kartu ayam dan susu
mengatur kartu dalam barisan mana bagian atas dan mana bagian bawah

Rabu, 24 Juni 2015

English free

Bali is paradise island,no complaint but compliment,happy ,party,spent money,DON'T forget talking bullsit aswell !

Bali adalah pulau surga, tidak ada keluhan tetapi pujian, senang, pesta, menghabiskan uang, jangan lupa berbicara omong kosong juga!

Kamis, 18 Juni 2015

Hadir tanpa jejak



“Mai… Ada satu hal yang belum kamu tau…” Ujar Fia
“Oh ya? Apa itu, Fi?” Tanya Mai
“Hmm.. Kalo aku gak ada.. Kamu tetap mandang bintang kan?” Ujarnya
“Ish.. Lagi enak-enak gini, eh.. Malah bicarain gitu!!” Mai cemberut.
“Maaf deh… Tapi kalo dilihat, kamu unyu juga ya” kata Fia.
“Hahaha, jadi dulu-dulu aku gak unyu?” Mai tertawa terbahak-bahak.
“Baru nyadar neh? Cayang bingitzz” ujar Fia lebay.
“Biasa aja kale.. ..” Ujar Mai.
“Aku pengen deh, selalu ngemandangin bintang..”
“Kenapa?” Tanya Mai.
“Kamu tau cerita Bintang karanga  daivy gak sih?” Ujarnya.
“Oo… Ya… Aku ngerti..” Kata Mai.
“Trus, kalo kamu ngerti… Kamu tau kan kenapa aku pengen mandangin bintang?” Tanyanya
“Gak.” Jawab Mai singkat.
“Hahaha… Mai..” Fia tertawa terbahak-bahak sambil mencubit pipi Mai.
“Aduh.. Tatit tau..” Ujar Mai lebay.
“Tatit? Cayang bingitz kamu.. Hahaha.. karena aku pingin jadi astronot  ..... eh ga ngimpi ... mmm seperti temannya Barnie” Kata Fia. Mereka pun terus bercanda hingga bel di dekat taman tempat mereka memandang bintang berbunyi.



“Fi, udah jam 10.00 nih. Serem ah, di sini terus..” Ujar Mai.
“Ya udah, yuk pulang..” Ajak Fia.
Mereka pun pulang dengan berjalan kaki. Saat Mai ingin menyebrang, dari arah yang berlawanan, tampak mobil melaju dengan kecepatan penuh. Tabrakan pun tak bisa dihindarkan. Bbbbrrrruuuuaaaaaaaaakkkkkkk...... Di arah bahu jalan, Mai menangis pilu. Lho? Ada apa ini? Bukankah aku  yang tertabrak? Mai meraba seluruh tubuhnya ... ga yakin ..... sementara Fia tergeletak tak bergerak. tadi Fia mendorongnya dan dia sendiri tertabrak. Tiba-tiba ambulan datang dan membawa Fia. Mai berjalan gontai sendirian kemudian menaiki taxi menuju rumah Fia.
       Ketika tiba orang-orang sudah ramai, tubuh Fia juga sudah dalam keranda dan siap dibawa ke kuburan esok pagi. Mai heran. Tapi karena lelah ia tak sempat bertanya. semua keluarga pada sibuk dengan tugas masing-masing.
       "Apakah pelakunya sudah ditangkap, Tante?" tanya Mai setelah selesai penguburan. "Pelaku? ..... pelaku apa?" ibunya Fia heran. "Lhoo...." seseorang memanggil ibunya Fia .... lamaa ... beliau masih tampak sibuk .... hingga bubaran Mai tak dapat kesempatan untuk bercakap-cakap. ia membawa pulang rasa sedih dan penasarannya. Kenapa tak ada yang membicarakan masalah kecelakaan, kenapa cepat sekali mereka bekerja menangani mayat Fia, kenapa..... kenapa?? belum ada kesempatan, Mai menyimpan semua pertanyaannya. kesibukan rutinnya menyita hampir seluruh waktu.
       Liburan semester, Mai menyusun kembali hal-hal yang ingin ditanyakan tentang Fia. Sayang, .... keluarga Fia tak di rumah ketika Mai bertandang .... minggu berikutnya Mai datang lagi  ... masih sepi. Tak sabar Mai bertanya kepada tetangga Fia. "Lho mereka pergi sejak anaknya meninggal, rumah itu sudah dijual semenjak anaknya kena kanker." terang tetangga Fia. "Haaa...... anaknya yang mana?" tany  Mai kaget dan tk mengerti. "Anak gadisnya namanya Fia, kena kanker otak ... jadi kayak orang gila, dik!"                                     "Bukanna  Fia kecelakaan....?"  kata Mai, matanya melotot ..... heran bingung. ´"Haaa........sapa yang kecelakaan?" Mai tak menyahut juga tak bertanya lagi.
       Liburan masih dua minggu lagi. Mai berusaha menikmati liburan , ia mengumpulkan gambar-gambar menarik, menggunting dan mengaturnya menjadi gambar tiga dimensi. seharian ia tak keluar kamar, ibunya membawakan makanan. "Duh Mai jangan lupa makan dong! jaga kesehatan juga penting say!" Mai menoleh nyengir "makasi Bundaku yang cantik..... iya lain kali inget deh makan .... lagian tadi dah makan roti ko" Mai menghentikan pekerjaannya memperlihatkan karyanya yang sudah jadi. "Mmmm bagaimana Permaisuri?" tanya Mai bergurau. "Wow ammmazinggg....." kata ibunya kagum suaranya keras hampir berteriak. Mai senang melihat reaksi ibunya. Mai tahu ibunya tidak sekagum itu .... tapi ibunya selalu bereaksi positip setiap ia melakukan kegiatan.
Tidak hanya itu keesokan harinya ibunya membawa segulung kertas tebal warna emas, merah marun  dan mika. "Gambar tiga dimensinya harus dibingkai, mama sangat suka melihatnya...!" kata Bu Aftya meyakinkan anaknya. Mai hanya memandang. "Ini kertas kartonnya ... brruuggg..! mama bantu say!" Mai terpaku, inilah yang membuatnya kagum pada ibunya, memotivasi, menyediakan waktu dan mendukung. "Apakah mama tidak sibuk?" tanya Mai seraya memeriksa lembaran kertas-kertas itu. "Tentu saja tidak say..!"
       Seperti biasa saat anaknya libur bu Aftya akan bangun lebih pagi menyiapkan segala sesuatu sehingga punya banyak waktu bersama Mai. Nonton, membaca, ngobrol, berenang, ke pasar, main game, melukis, online dan seperti hari ini membuat bingkai gambar tiga dimensi. mereka sibuk seharian tidak lupa bu Aftya menyiapkan kudapan kesukaan Mai yaitu rujak panjang. Mai sibuk ukur-ukur, potong-potong, tempel-tempel dan jadi. tak terasa tiga karyanya bertengger di tembok. perutnya kenyang karena ibunya membawakan makanan kesukaan silih berganti, abis nasi datang es teler, lalu bakso, rujak, jeruk, pisang. Sebenarnya ibunya tak banyak membantu hanya mengambilkan gunting, penggaris, sekedar membantu ngepas garis karena ia sibuk menyiapkan makanan tapi Mai merasa ibunya sangat membantu. Hanya sekedar menemani pun sang ibu akan mampu memberi semangat. 
       Mai berniat membuat foto tiga dimensi, ia membuka album dan memilih-milih foto yang menarik. Ia terhenti pada sebuah foto ketika tidur-tiduran di sebuah lapangan bersama Fia. tampak Fia sedang menunjuk pada sebuah bintang. Ibunyalah yang menjadi photographer saat itu. "Ma ...." Mai menunjukkan foto tersebut. "Oh Fia ....." gumam ibunya. "Mama tahu Fia sudah meninggal?" tanya Mai menyelidik. Ibunya menoleh "Tentu saja, kau kecelakaan saat Fia meninggal.  ....  makanya tak bisa datang..... Mama juga" sahut bu Aftya, matanya tak beralih dari album foto. "Kapan kecelakaan itu Ma?" tanya Mai penasaran. "Kira-kira tiga bulan yang lalu." jawab ibunya masih sibuk memperhatikan album foto. "berarti ...............!" gumam Mai lemah