Kamis, 18 Juni 2015

Ternyata Ia tahu



Ternyata Ia tahu
“Echa, mungkin sebentar ayah tidak bisa mengantarmu ke sekolah karena ayah harus pergi.” Kata ayah yang bersiap-siap untuk bepergian
“Tapi aku harus naik apa? Aku tidak bisa naik kendaraan lain.” Kataku dengan wajah cemberut. Aku memang tidak biasa naik kendaraan lain. “Kamu kan bisa naik ojek, ini jajanmu Rp 15.000, Ayah harus pergi dulu” Kata laki-laki yang sudah berkepala lima itu meninggalkan uang di meja dan pergi
Jam menunjukan pukul 10.30, semestinya itu aku harus bersiap-siap karena aku masih akan menunggu kendaraan, setelah siap untuk pergi sekolah, aku keluar rumah merasakan panasnya sinar matahari yang menyengat tubuh.
Aku berdiri di pinggir jalan menunggu kendaraan yang akan kunaiki. Akhirnya ada ojek lewat dan aku menaiki motor yang disopiri oleh lelaki tua berjanggut putih dengan kulitnya yang keriput. Panasnya sinar matahari membuat rambutku yang basah sehabis mandi menjadi kering. Setelah memberi uang Rp 5000 laki-laki tua itu mengembalikan sisa uang kepadaku Rp 1.000.
Aku berjalan melewati gerbang sekolah, sudah banyak siswa kelas 8 yang datang tetapi ruangan yang akan ditempati masih dipakai, aku pergi ke kantin untuk membeli makanan. Sesampainya di kantin aku membelikan uang Rp 1000 yang ada di kantongku,
“Pak, yang ini berapa?” Kataku dengan memegang makanan yang kutanya harganya
“Rp1000 nak” Kata bapak kantin sambil melayani pembeli lainnya
“Aku beli ini satu pak” Kataku dengan memberikan uang Rp 1.000
Setelah membeli aku pergi ke ruangan yang akan ku tempati untuk belajar dan ternyata ruanganya masih dipakai. Sekolah siang memang ada enaknya ada juga tidak enaknya. Enaknya aku bisa bangun kesiangan dan menonton acara pagi di TV dan yang tidak enaknya aku harus naik ojek karena ayah selalu sibuk di siang hari untuk mencari uang dan belajar di siang hari membuatku mengantuk saat sedang di kelas.
TENG… TENG… TENG. Lonceng sekolah berbunyi tandanya kelas yang menempati ruangan yang akan dipakai sudah pulang.
Sementara pelajaran berlangsung aku tidak bisa fokus karena mencari-cari uang Rp 4.000 ku, aku cari di kantong, di tas, di dompet, di laci meja tidak ada. Seingatku tadi aku membeli di kantin seharga Rp. 1.000 tapi kenapa sekarang uangku tinggal Rp 10.000 yang seharusnya Rp 14.000. Dimana uang Rp 4.000 ku?
“Deklaya, uang Rp 4000 ku hilang, aku tidak tau hilang dimana” Kataku kepada teman sebangkuku dengan panik
“Makanya kamu jangan sembarangan meletakkan uang.” Kata Deklaya
“Aku ingat tadi aku pergi ke kantin, aku membeli makanan seharga Rp 1000 dan uang yang kuberi Rp.5000 mungkin pak kantin belum mengembalikan uang Rp. 4.000 ku.”
“Mungkin juga begitu, Echa” Kata Deklaya
“Sepertinya aku harus pergi mengambil uangku.” Kataku dengan berlari-lari menuju kantin untuk mengambil uang yang belum dikembalikan oleh bapak kantin.
“Pak tadi uang kembalianku belum dikembalikan, aku membeli makanan seharga Rp 1.000 dan uang yang kuberi Rp 5.000″ Kataku kepada pak kantin
“Ini nak, uang Rp 4.000 mu.” Kata pak kantin sambil memberi dua lembar uang dua ribuan
“Iya pak terima kasih atas pengertiannya” Kataku dan pergi
Untung saja pak kantin mau mengembalikan uangku kalau tidak aku akan kehilangan uang Rp 4.000, setelah mengambil uang aku pergi kembali belajar dan fokus pada pelajaran.
TENG… TENG… TENG. Lonceng sekolah berbunyi waktunya untuk pulang.
“Echa, kamu pulang mau dijemput atau naik kendaraan lain?” Kata Deklaya
“Aku mau naik ojek saja, ayahku tidak akan menjemputku” Kataku
“Astagaaaa, OJEK!!!” Teriakku sambil mengingat-ingat kejadian tai
“Kamu kenapa?” Kata Deklaya mentapku heran
“Eeeee, akuu… tidak apa-apa” Kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
Sekarang aku ingat kalau tadi uang Rp 4.000 nya bukan salah pak kantin yang tidak mengembalikannya tapi uangnya telah kubayar pada ojek yang kunaiki tadi. Aku lupa karena yang ku tahu ayahku yang mengantarku, aku tebiasa tidak mengurangi uang saat datang sekolah karena diantar gratis oleh ayahku. Ya ampun aku lupa dan aku malu untuk mengembalikan uang Rp 4.000 nya ke pak kantin. Aku merasa bersalah, aku berdoa supaya Tuhan mau mengampuni dosaku ini.
Kali ini aku tidak lupa tapi pura-pura lupa. aku minta kembalian ke pak kantin padahal belum bayar. slamat beliau memberi Rp 4.000 lalu keesokan harinya Rp 9.000 ....... dan seterusnya. aku selalu melakukannya ketika kepepet dengan uang sakuku dan ketika mau.Herannya tukang kantin tak pernah menolak
Hingga tiba saatnya berpisah. aku terharu dan mencium tangannya "apakah saya belum ngasi kembalian nak?" tanyanya membuatku terkesiap. Kami berpelukan tanpa berkata apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar