Kamis, 16 April 2015

Cerita Anak Kaca Keberuntungan 1







1.
Jaman dahulu ada sebuah desa di atas pulau kecil yaitu desa tanjung. Pulau ini sangat kokoh walau dihempas badai berkali-kali karena dasar pulau ini adalah karang yang kuat. Lima serangkai Yande, Tutdi, Gungrah, Dewayu dan Gustra ingin berlibur menyebrangi teluk. Desa tanjung adalah pilihan yang tepat karena tempatnya unik penuh tantangan dan dekat kota.
        Sebenarnya menuju desa Tanjung bias melalui darat tetapi harus melewati hutan lebat dan jurang terjal. Lima serangkai memutuskan melewati teluk dengan perahu kecil. Diantara mereka berlima hanya Gustra yang tidak bias berenang. Karena takut tapi ingin maka Gustra menggunakan keamanan air, jaket pelampung, tas plastk anti air, seter, kaca kecil, roti dan air mineral, obat luka, krim sunblock, topi lebar dan permen susu.
Gungrah: “Gus….. pih bawaannya lengkap banget pake bekal segala kan kita dah bawa nasi kotak”
Dewayu: “disitu banyak dagang Gus, lagian sampe sana pasti nenekku juga bakal ngasi kita makan Gus. Sekarang ini musim duren ntar kita pesta duren”
Yande: “haha haha ……. Biarin aja bawaannya ribet……” goda Yande sambal memeriksa is tas Gus satu persatu …. Ni kirotan kaca buat apa? Seperti anak SD aja ….
Gustra: itu bias diguakan untuk memberi isyarat keberadaan kita kepada para penolong.
Tutdi: “penolong…? Nolong apa?
Gustra: “ga si ga nolong apa-apa Cuma kirotan aja” dalam hati rada kesal karena smua temannya mengejek. ‘meraka tidak tahu kalo aku diam-diam lahihan berenang, setelah acara ini aku akan lebih giat latihan tinggal dikit aku yakin bias mengalahkan mereka’ gerutu Gustra dalam hati.
        Dengan susah payah mereka berhasil menyeret perahu dari tempat penambatan. Perahu milik paman Dewayu masih cukup kuat walau dah banyak tanda-tanda keropos dan warnanya kusam karena jarang dirawat serata jarang pula dipake. “coba priksa …. Jangan-jangan ada bagian yang berlubang?! Seru Gus. “aaaaa hahahahahaaha ……. Gus Gus gapapa…..
        Mereka mulai mendayung perahu, angin bertiup kencang dan ombak bersusulan cukup tinggi. “Dewayu apakah biasanya ombak seperti ini?” Tanya Gus agak cemas. “entahlah……. Aku dah lama banget ga pernah ke rumah nenek …… sepertinya sih tidak ……” sahut Dewayu datar. “kenapa Gus?” Tanya Tutdi dengan suara agak meledek. Maklum Tutdi adalah juara renang se kabupaten. “kita nyebrang Cuma sebentar paling 20 menit ga usah khawatir jarak Benoa – Tanjung dekat ko.” Sahut Dewayu berusaha menenangkan.
10 menit belalu matahari tampak memerah menjelang terbenam. Cakrawala tampak merekah memancarkan keindahan yng menakjubkan.
Sekelebat mereka melihat sesuatu terbang. Warnanya biru dengan sayap berkelap-kelip. “ooo…….ooo bidadari biru…..!!” teriak Gus. “aaahhhh mana bidadari ……. Itu kupu-kupu kali” seru Yande. Mereka menikmati keindahan langit sambal membuka bekal nasi kotak. “ayo makan sekarang ntar lagi gelap. Biarin kita berputar-putar dulu disini sampai matahari benar-benar menghilang di kaki langit. Selesai makan mencuci tangan. “tutdi memainkan air hingga berkecipak, percikannya mengenai teman-temannya …….”aaaaaooooww ….” Mereka saling membalas. Sekali ini sesuatu berkelebat dan mereka sepakat itu bidadari biru. “benar kan!” kata Gus mengingatkan kalau pandangannya tadi tidak keliru.
        Daratan tinggal beberapa meter lagi ketika tiba-tiba ombak dating menyerbu, perahu terangkat tinggi “Gus menggendong tas dan merapikan kancing jaketnya
………Bersambung ……..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar