1.
Jaman dahulu ada sebuah desa di atas pulau kecil yaitu desa
tanjung. Pulau ini sangat kokoh walau dihempas badai berkali-kali karena dasar
pulau ini adalah karang yang kuat. Lima serangkai Yande, Tutdi, Gungrah, Dewayu
dan Gustra ingin berlibur menyebrangi teluk. Desa tanjung adalah pilihan yang
tepat karena tempatnya unik penuh tantangan dan dekat kota.
Sebenarnya menuju desa Tanjung bias
melalui darat tetapi harus melewati hutan lebat dan jurang terjal. Lima
serangkai memutuskan melewati teluk dengan perahu kecil. Diantara mereka
berlima hanya Gustra yang tidak bias berenang. Karena takut tapi ingin maka
Gustra menggunakan keamanan air, jaket pelampung, tas plastk anti air, seter,
kaca kecil, roti dan air mineral, obat luka, krim sunblock, topi lebar dan
permen susu.
Gungrah:
“Gus….. pih bawaannya lengkap banget pake bekal segala kan kita dah bawa nasi
kotak”
Dewayu:
“disitu banyak dagang Gus, lagian sampe sana pasti nenekku juga bakal ngasi
kita makan Gus. Sekarang ini musim duren ntar kita pesta duren”
Yande: “haha
haha ……. Biarin aja bawaannya ribet……” goda Yande sambal memeriksa is tas Gus
satu persatu …. Ni kirotan kaca buat apa? Seperti anak SD aja ….
Gustra: itu
bias diguakan untuk memberi isyarat keberadaan kita kepada para penolong.
Tutdi:
“penolong…? Nolong apa?
Gustra: “ga
si ga nolong apa-apa Cuma kirotan aja” dalam hati rada kesal karena smua
temannya mengejek. ‘meraka tidak tahu kalo aku diam-diam lahihan berenang,
setelah acara ini aku akan lebih giat latihan tinggal dikit aku yakin bias
mengalahkan mereka’ gerutu Gustra dalam hati.
Dengan susah payah mereka berhasil
menyeret perahu dari tempat penambatan. Perahu milik paman Dewayu masih cukup
kuat walau dah banyak tanda-tanda keropos dan warnanya kusam karena jarang
dirawat serata jarang pula dipake. “coba priksa …. Jangan-jangan ada bagian
yang berlubang?! Seru Gus. “aaaaa hahahahahaaha ……. Gus Gus gapapa…..
Mereka mulai mendayung perahu, angin
bertiup kencang dan ombak bersusulan cukup tinggi. “Dewayu apakah biasanya
ombak seperti ini?” Tanya Gus agak cemas. “entahlah……. Aku dah lama banget ga
pernah ke rumah nenek …… sepertinya sih tidak ……” sahut Dewayu datar. “kenapa
Gus?” Tanya Tutdi dengan suara agak meledek. Maklum Tutdi adalah juara renang
se kabupaten. “kita nyebrang Cuma sebentar paling 20 menit ga usah khawatir
jarak Benoa – Tanjung dekat ko.” Sahut Dewayu berusaha menenangkan.
10 menit
belalu matahari tampak memerah menjelang terbenam. Cakrawala tampak merekah
memancarkan keindahan yng menakjubkan.
Sekelebat
mereka melihat sesuatu terbang. Warnanya biru dengan sayap berkelap-kelip.
“ooo…….ooo bidadari biru…..!!” teriak Gus. “aaahhhh mana bidadari ……. Itu
kupu-kupu kali” seru Yande. Mereka menikmati keindahan langit sambal membuka
bekal nasi kotak. “ayo makan sekarang ntar lagi gelap. Biarin kita
berputar-putar dulu disini sampai matahari benar-benar menghilang di kaki
langit. Selesai makan mencuci tangan. “tutdi memainkan air hingga berkecipak,
percikannya mengenai teman-temannya …….”aaaaaooooww ….” Mereka saling membalas.
Sekali ini sesuatu berkelebat dan mereka sepakat itu bidadari biru. “benar
kan!” kata Gus mengingatkan kalau pandangannya tadi tidak keliru.
Daratan tinggal beberapa meter lagi
ketika tiba-tiba ombak dating menyerbu, perahu terangkat tinggi “Gus
menggendong tas dan merapikan kancing jaketnya
………Bersambung
……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar