2
Daratan
tinggal beberapa meter lagi ketika tiba-tiba ombak dating menyerbu, perahu
terangkat tinggi “Gus menggendong tas dan merapikan kancing jaketnya. Yande dan
Tutdi mengayuh lebih cepat. Nenek dan sepupu Dewayu telah menunggu di geladak.
“ahaaaa kita dah samp…….” Teriakan Dewayu belum selesai ketika ombak kembali
menerjang hingga mulutnya tersambar air. Kayuh Yande terlepas, ia menggapai.
Gungrah membantu meraih kayuh, tangannya hampir menyentuh kayuh tapi saying ia
tak mampu menjaga keseimbangan badannya terpeleset dan byuuurrrrr……………… Gus
menangkap tangannya, tiba-tiba dating ombang hingga Gus pun ikut terjatuh.
Posisi perahu malah semakin jauh dari geladak. Malam itu terasa begitu gelap,
Gus berteriak “Bidadari biruuuuuuuuu……”
Keluarga Dewayu panic, mereka
berteriak-teriak mencari bantuan. Ketika mereka kembali kegeladak bersama para
bantuan, tak ada yang tampak di air,
sepi senyap seolah air ini tak berpenghuni hanya ada sedikit suara riak ombak
memecah malam. Semua memandang dan terbengong. Bala bantuan menurunkan perahu
karet, mereka patroli berkeliling. Tak menemukan apapun. Mereka masih
berkeliling dengan radius yang lebih jauh tak ada apa-apa, perahu lima serangkai
lenyap tak berbekas. Bahkan hingga matahari agak tinggi keesokan harinya.
Lima serangkai terbawa ombak hingga
sangat jauh dari tempat semula. Gungrah kelelahan berenang, Gustra membantunya
naik ke perahu. Mereka menikmati air mineral bekal Gustra. “Tidak disangka
bekalmu satu-satunya harapan kita,Gus” kata Yande senang bercampur cemas. "ya….”
Yang lain menimpali dengan suara gemetar lemas. “kita harus berhemat” kata Gus
seraya membagikan biscuit dan permen susu. Ombak sudah tenang, Gus pun
beristirahat dalam perahu dan memainkan pengerotan. Malampun tiba. Gus
memainkan senter dan pengerotan. Mereka berbagi biscuit dan permen susu. Yande
mengacungkan ikan yang berhasil ditangkap. “bagaimana cara memakannya?” Tanya
Dewayu. “aku bawa jeruk aceh dan sambal……kita bias mengasami ikan dan
membumbuinya. Dengan begitu bias berhemat biscuit.” Kata Gus. “mmmm jadi ikan
jepang ya?” Tanya Tutdi dengan suara sedikit ceria. Sementara itu Gus terus
menerus memainkan pengerotan dan senter. Sepanjang malam bankan juga di siang
hari. Pengerotan itu hamper tak pernah lepas dari tangannya.
Sebuah helicopter mendekat. Suaranya
meraung-raung. Ada tali menjulur mendekati perahu, sebuah kantong mereka
tangkap. Isinya makanan dan air mineral serata obat-obatan ringan. “kita
selamaaaaaaaaatttttttt” teriak mereka gembira. Dewayu pun menangis haru.
“mereka menemukan kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar