Kamis, 16 April 2015

cerita anak kaca keberuntungan 2





2
Daratan tinggal beberapa meter lagi ketika tiba-tiba ombak dating menyerbu, perahu terangkat tinggi “Gus menggendong tas dan merapikan kancing jaketnya. Yande dan Tutdi mengayuh lebih cepat. Nenek dan sepupu Dewayu telah menunggu di geladak. “ahaaaa kita dah samp…….” Teriakan Dewayu belum selesai ketika ombak kembali menerjang hingga mulutnya tersambar air. Kayuh Yande terlepas, ia menggapai. Gungrah membantu meraih kayuh, tangannya hampir menyentuh kayuh tapi saying ia tak mampu menjaga keseimbangan badannya terpeleset dan byuuurrrrr……………… Gus menangkap tangannya, tiba-tiba dating ombang hingga Gus pun ikut terjatuh. Posisi perahu malah semakin jauh dari geladak. Malam itu terasa begitu gelap, Gus berteriak “Bidadari biruuuuuuuuu……”
        Keluarga Dewayu panic, mereka berteriak-teriak mencari bantuan. Ketika mereka kembali kegeladak bersama para bantuan, tak ada yang tampak di air,  sepi senyap seolah air ini tak berpenghuni hanya ada sedikit suara riak ombak memecah malam. Semua memandang dan terbengong. Bala bantuan menurunkan perahu karet, mereka patroli berkeliling. Tak menemukan apapun. Mereka masih berkeliling dengan radius yang lebih jauh tak  ada apa-apa, perahu lima serangkai lenyap tak berbekas. Bahkan hingga matahari agak tinggi keesokan harinya.
        Lima serangkai terbawa ombak hingga sangat jauh dari tempat semula. Gungrah kelelahan berenang, Gustra membantunya naik ke perahu. Mereka menikmati air mineral bekal Gustra. “Tidak disangka bekalmu satu-satunya harapan kita,Gus” kata Yande senang bercampur cemas. "ya….” Yang lain menimpali dengan suara gemetar lemas. “kita harus berhemat” kata Gus seraya membagikan biscuit dan permen susu. Ombak sudah tenang, Gus pun beristirahat dalam perahu dan memainkan pengerotan. Malampun tiba. Gus memainkan senter dan pengerotan. Mereka berbagi biscuit dan permen susu. Yande mengacungkan ikan yang berhasil ditangkap. “bagaimana cara memakannya?” Tanya Dewayu. “aku bawa jeruk aceh dan sambal……kita bias mengasami ikan dan membumbuinya. Dengan begitu bias berhemat biscuit.” Kata Gus. “mmmm jadi ikan jepang ya?” Tanya Tutdi dengan suara sedikit ceria. Sementara itu Gus terus menerus memainkan pengerotan dan senter. Sepanjang malam bankan juga di siang hari. Pengerotan itu hamper tak pernah lepas dari tangannya.
        Sebuah helicopter mendekat. Suaranya meraung-raung. Ada tali menjulur mendekati perahu, sebuah kantong mereka tangkap. Isinya makanan dan air mineral serata obat-obatan ringan. “kita selamaaaaaaaaatttttttt” teriak mereka gembira. Dewayu pun menangis haru. “mereka menemukan kita.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar