Kamis, 16 April 2015

cerita anak Jam Masha






Aku suka banget film masha. Sejak kecil aku mengoleksi boneka masha. Ketika mama mengajakkua ke mall aku ingin jam itu, warnanya pink ada birunya. Manis banget. Rupanya mama mengerti “Caa kamu mau jam itu?” Tanya mama. Aku menoleh tanpa kata-kata. Aku ragu mama mau beliin gay a. hari ini mama akan membelikanku sepatu untuk sekolah “ga ma Cuma lihat aja.” Sahutku. Ga enak terlalu banyak permintaan.
Kami ke bagian sepatu. Aku memilih yang paling bagus. Harganya lumayan mahal. “gapapa kalo kamu suka biar mahal yang penting awet.” Kata mama. Setelah menenteng sepatu, kemudian mama berbelok ke tempat tadi “kita lihat-lihat aja.” Katanya. Aku berharap mama masih ada uang. “Berapa pak yang ini?” pedagang menunjuk-nunjuk hingga ketemu jam yang aku suka. “dua ratus dua lima ribu, Bu…..”. pedagang berusaha meyakinkan kami. Aku tak berkata apa-apa. Mama pindah ke bagian lain. Aku permisi ke kamar kecil. Ketika kembali mama membeli kue di sebelah took tadi. Mmmm itu berarti mama tidak membeli jam itu. Aku sembunyikan rasa kecewaku.
Keesokan harinya seperti biasa mama membacakan cerita bilingual. Aku terbangun dan ingin melihat gambar. Ceritanya tentang masha pergi ke pasar. Aku jadi teringat jam masha kemaren. Dengan malas aku bangun mandi, sarapan dan bersiap ke sekolah. Mama melingkarkan jam di tanganku. “wow jam mashaaaaaa ….. “ teriakku riang. “Mama kejutan banget.” Kucium mama berulang kali. Hari ini sangat menyenangkan pake sepatu baru dan jam baru. Aku merasa semangat. “ulangan Bahasa Inggris” teriak bu guru. Anak-anak gaduh hingga bu guru harus berteriak. “huuuuu…….” Teriak anak-anak tak kalah rame. Beberapa teman melirikku. Sejak mama membacakan cerita bilingual sembari membangunkanku, aku paham apapun yang dikatakan bu guru. Teman-teman selalu berharap aku membantunya. Terutama kalau ada PR, bukuku akan berkeliling di kelas.
Aku melepas jamku karena akan ke kamar mandi. Kuletakkan di tas. Ketika kembali jamku hilang. Aku memperhatikan sekeliling. Tak ada yang mencurigakan. Rasanya sedih sekali. Untungnya mama tak menanyakan tentang jam yang tak kupakai. Tiga hari kemudian Juli mengenakan jam masha. Aku tak langsung menuduhnya. “wow jam kamu bagus banget. Siapa yang ngasi?” tanyaku sembari memperhatikannya. “ibuku” jawab Juli. Diapun melepas dan membiarkanku memegang. Aku perhatikan, kulihat tanda yang kugores dibalik tali jam, aku yakin ini jamku. “kamu mencuri jamku?!!” kataku tegas. Dia mengelak. Aku tahu ini jamku. Ketika jam istirahat aku Uci ke rumah Juli dan bertanya kepada ibunya, “Bu ….. ibu pernah membeli jam untuk Juli? Jam masha….?” Tanya Uci.
“Haaaa ….. lo ko tanya gitu sii?” kata ibunya Juli. “ya soalnya aku pingin beli tapi aku tak tahu harganya.” Jawab Uci. “ooooo…… ga ibu ga pernah beliin si Juli jam masha.”
        Jam istirahat telah habis ketika kami kembali. Saat sekolah berakhir aku tak menemukan Juli. Rupanya ia sudah pulang. Aku menyusul ke rumahnya. “permisi, bu Juli meminjam jam saya” kataku pa ibunya Juli. “oooooo …. Mari masuk nak. Juuul ini temanmu kembalikan jamnya kan kamu punya jam kenapa harus pinjam jam orang lain.”
Juli turun tanpa membawa jam. Dia berusaha agar aku pergi. Agak ribet. Rupanya ibunya Juli kesal. “kembalikan Jul buat apa jam gitu jam murahan aja kamu pinjam, jam kamu bagus jam mahal itu, ga usah pinjam jam mainan!” teriak ibu Juli. Akhirnya Juli mengembalikan jam yang sudah dicurinya.
        “lo ko baru pulang,  Caa?”
“ya mama ini jamku dicuri sama Juli tadi aku mencari di rumahnya.”
“looo …… kapan ilangnya? Trus dapat?”
“ya maa …….. ini dia.” Aku menunjukkannya pada mama. Rasanya senang jamku sudah kembali. “padahal orangnya kaya ma, rumahnya gede banget ko suka nyuri ya?!”
“ya sudah kan jamnya sudah kembali, tuh majalah bilingualnya dah datang! Coba baca sendiri!” ica mengambil dan mencoba membaca cerita Bahasa Inggrisnya. “maaa….. aku ngerti ma ……”  teriakku. Mama tampak senang.
“ga rugi ya langganan majalah. Berarti mama tak perlu lagi membacakan cerita?”
“eeeeee …… ya tetep bacain ma, kan aku belum lancer banget.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar